Kader IPNU Kabupaten Cirebon Terbitkan Buku Agama Cahaya Peradaban

0

Cirebon, Pelajar NU Cirebon – Kader Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU) Kabupaten Cirebon, Ega Adriansyah, berhasil menerbitkan sebuah karya tulis berbentuk buku yang berjudul “Agama Cahaya Peradaban: Membumikan Spirit Agama dalam Kehidupan Pribadi, Sosial, Berbangsa dan Bernegara” pada, Selasa (25/6/2024).

Dalam sinopsis bukunya, Ega menyampaikan bahwa bukunya berisi tulisan-tulisan yang kemudian dibagi atau dikelompokkan menjadi beberapan bagian.

Bagian pertama berisi tulisan tentang agama dan mubadalah; bagian kedua tentang agama dan dakwah; bagian ketiga tentang agama, peradaban dan problematika sosial; bagian keempat tentang agama dan politik; dan terakhir tentang agama dan pribadi berkualitas.

Tulisan-tulisan di dalam bukunya didasarkan pada pengalaman pribadi, pengetahuan dan perenungan diri selama aktif di organisasi masyarakat Islam, di desa, dan belajar lembaga pendidikan (formal maupun non formal).

Buku perdana Ega itu terbit di penerbit Abdi Fama, Bogor. Bukunya sendiri sudah bisa dibeli dan dipesan di seluruh media sosial penerbit Abdi Fama atau kepada Ega langsung.

Ega merupakan seorang pelajar atau mahasiswa yang masih duduk di bangku semester 6 jurusan Ekonomi Syariah, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon. Dia sudah lama menggeluti dunia tulis menulis.

Dia memiliki agenda rutin menulis satu hari satu artikel. Rata-rata artikel opini. Dari artikel keagamaan sampai artikel yang isinya mengulas isu-isu sosial dan kenegaraan yang berkembang di Indonesia.

Aktivitas dan semangatnya untuk membuat tulisan dan menerbitkan sebuah buku dilatar belakangi dari upayanya untuk meneladani seorang guru sekaligus koleganya di desa yang sudah menerbitkan banyak buku.

Di samping itu, dia juga termotivasi oleh para ulama zaman dulu yang produktif menulis. Seperti Imam Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, Ibnu Rusyd, Ibnu Taimiyah dan lain-lain.

“Saya termotivasi oleh guru dan para ulama terdahulu yang produktif menulis,” katanya.

Menulis merupakan aktivitas yang menurutnya bermanfaat dan membuat seorang manusia memiliki kontribusi positif terhadap orang lain dan peradaban.

“Kalau harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama,” lanjutnya.

Ada banyak manusia yang sudah mati tapi namanya masih terdengar dan diperbincangkan banyak orang. Contohnya para ulama dan para intelektual yang punya karya banyak dan monumental. Bagaimana kemudian nama Al-Ghazali terus dikenang karena menulis karya monumental berjudul “Ihya Ulumuddin”, dan lainnya.

Dia berharap apa yang dilakukannya bisa memotivasi kader muda NU yang lain untuk semangat membuat karya. Menurutnya, masa muda harus dimanfaatkan dengan baik, salah satunya dengan banyak membuat karya yang positif.

“Masa muda adalah masa emas manusia. Baiknya, masa muda dimanfaatkan untuk membuat kita menjadi manusia yang punya karya dan kontribusi positif bagi orang lain dan lingkungan (peradaban),” tutupnya.

Penulis: Abdul Ghoni
Editor: Ega Adriansyah

Share on :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *