Pelajar dan Kontribusi Sosial

0

Pelajar merupakan sebutan bagi seseorang yang sedang mengenyam bangku pendidikan dasar sampai menengah. Meskipun pada intinya sama, tapi, seorang yang sudah duduk di bangku kuliah biasanya disebut mahasiswa. Katanya karena secara keilmuan sering kali dinilai lebih tinggi dari pelajar. Tapi saya tidak akan membahas itu. Ada bahasan lain tentang pelajar yang rasanya perlu diketahui oleh khalayak, terutama para pelajar.

Mengapa seorang yang sedang duduk di bangku pendidikan dasar sampai menengah disebut sebagai pelajar? Jawaban umum orang biasanya adalah karena tugasnya adalah belajar. Belajar tentang ilmu agama, ilmu umum, sains dan teknologi serta kategori keilmuan yang lain. Ini jawaban yang benar memang. Tapi, kalau definisi pelajar hanya dikerucutkan di situ memang agak kurang lengkap.

Sebagaimana lembaga pendidikan, pelajar sejatinya memiliki peranan yang tidak hanya bertugas untuk belajar dan mendidik diri supaya menjadi manusia yang berkualitas dan berdaya saing (kalau kita membicarakan tentang ekonomi). Pelajar sejatinya juga memiliki peranan penting di kehidupan sosial bermasyarakat. Sayangnya, ada banyak pelajar masa kini yang menganggap bahwa perannya di situ belum saatnya.

Di satu sisi, kalau membicarakan kapasitas keilmuan, barangkali pelajar yang memiliki anggapan seperti itu merasa pesimis. Tapi, sebetulnya pesimisme seperti itu tidak perlu ada. Peran pelajar di lingkungan sosial diakui atau tidak memang sangat dibutuhkan. Kontribusinya terhadap berbagai macam masalah sosial yang mengemuka menjadi penting. Bagaimanapun, ada banyak masalah sosial yang perlu peranan SDM yang berkualitas seperti pelajar untuk menyelesaikannya. Pemerintah dan masyarakat umum saja tidak cukup.

Misalnya saja dalam urusan kenakalan remaja. Peran pelajar untuk saling mengingatkan satu sama lain dalam urusan itu menjadi penting. Di samping itu, perannya untuk menyediakan wadah bagi sesama pelajar untuk dapat mengembangkan kemampuan intelektual dan seterusnya supaya terhindar dari masalah kenakalan remaja juga tak kalah penting. Di Kabupaten Cirebon, masalah kenakalan remaja sampai hari ini masih menjadi masalah yang perlu perhatian serius bersama.

Masalah tawuran pelajar, minuman keras sampai narkotika di kalangan remaja masih banyak ditemui di Kabupaten Cirebon. Tak heran, sebab masih banyaknya kasus seperti itu, angka pengangguran dan kemiskinan di Kabupaten Cirebon masih tinggi. Kabupaten Cirebon merupakan kabupaten atau kota yang angka kemiskinannya cukup tinggi di Jawa Barat. Hemat saya, salah satu faktornya karena masalah SDM yang rendah ini. Karena paradigma pemikiran sebagian pelajar yang sempit dan memang tingkat pendidikannya rendah.

Rata-rata lama sekolah para remaja dan pemuda di Kabupaten Cirebon kalau tidak salah hanya sampai Kelas 7 atau 8 SMP. Khalayak bisa mengecek kembali datanya di Badan Pusat Statistik (BPS) tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Cirebon. Dalam hal ini, peran pelajar untuk bisa mengedukasi masalah pendidikan kepada keluarga, sesama teman dan remaja atau pemuda lain kemudian juga diperlukan. Selanjutnya peranan pelajar untuk bisa menjadi fasilitator bagi remaja atau pemuda yang kesulitan mengakses pendidikan juga penting.

Tapi, bagaimana caranya? Bagaimana cara pelajar bisa melakukan semua peran yang mungkin kalau dipikir agak sulit bagi sebagian pelajar? Caranya tentu harus bergerak secara kolektif, berkelompok. Entah melalui organisasi intra sekolah atau ekstra sekolah. Saya merupakan orang yang sejak lama diajari oleh guru untuk aktif berorganisasi di luar sekolah. Selain dampaknya bisa memperluas jejaring, pengalaman secara langsung melakukan peranan sosial juga bisa saya dapatkan.

Penulis: Ega Adriansyah

 

Share on :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *